21 Januari 2020

Gadis Tangsi - Suparto Brata

Pertama (Hal.1)
                Teyi adalah gadis kecil, sebagai tokoh sentral dalam novel “Gadis Tangsi”. Ayah Teyi adalah seorang serdadu yang bekerja di tangsi Belanda. Wongsodirjo, adalah nama ayahnya. Ketika kecil bernama Suratman.  Pangkat ayahnya adalah sersan kepala. Ibunya bernama  Raminem. Sosok seorang ibu, pekerja keras, ulet, dan selalu mengajari Teyi untuk bekerja keras. Raminem sosok wanita yang tidak mau diremehkan orang lain. Cita-citanya ingin menjadi orang kaya, agar tidak selalu dicaci maki karena kemelaratannya. Selain itu Raminem adalah wanita yang tegas dan dalam bekerja tepat waktu. Adik Teyi adalah Tumpi.
                Pada bagian pertama ini dikisahkan kehidupan sehari-hari keluarga Teyi di tangsi Belanda. Setiap hari Raminem membuat pisang goreng. Sedangkan Teyi kecil yang menjajakan pisang goreng tersebut keliling Tangsi. Tidak seperti anak sebayanya, Teyi oleh ibunya diberi tanggung jawab mulai dari menemani membeli pisang, membuat pisang goreng, menjajakan, serta menagih orang yang berhutang pada ibunya. Di samping sebagai pedagang pisang goreng, Ibu Teyi juga menerima barang gadai dan meminjamkan uang dengan bunga.
                Raminem beranggapan bahwa untuk meraih kesuksesan dan disegani orang harus melalui tiga tahap dengan urutan yang benar, yaitu setiap orang harus mempunyai kepandaian. Dari kepandaian tersebut, maka dengan mudah akan meraih kekayaan, yang pada akhirnya kekuasaan dapat datang dengan sendirinya.
                Setelah selesai melaksanakan tugas dari ibunya Teyi akhirnya bisa bersama dengan teman-temannya bermain. Jemini, Keminik, Ceplik dan Suwarti sudah berkumpul di bawah pohon mangga besar. Di situ juga ada beberapa anak laki-laki, Sumbing, Kamdi, dan Gepeng. Ternyata mereka tidak bermain bersama. Terjadi pertengkaran antara Keminik dan Sumbing. Mereka bergumul, sebelum Keminik kalah, Sumbing sempat digigit kupingnya oleh Teyik.  Berikutnya terjadi perkelahian antara Teyi dan Kamdi, karena Teyi diolok-olok akan dijodohkan dengan Kang Darmin. Hal itu sangat menjijikkan bagi Teyi. Teyi sempat dipiting oleh Kamdi dan tidak bisa bergerak. Ketika ada kesempatan, tangan Teyi meremas kemaluan Kamdi yang mengakibatkan tangan Kamdi kendor, dan Teyi pun terlepas. Semua anak tertawa, termasuk Teyi juga, melihat Kamdi berjingkrak-jingkrak sambil memegang kemaluannya.
                Suparto Brata yang asli orang Surabaya, dalam Gadis Tangsi sesekali menyelipkan bahasa Suroboyoan yang kasar, yang memang tidak bisa terlepas dari jati dirinya.
Untuk menjejali perutmu, biar kenyang! (Hal.7)
Sudarmin dinilai Teyi sangat goblok (Hal.8)
“Bajingan!” Hanya itu umpatnya. Sudarmin memang laki-laki yang menyebalkan. (Hal.9)
“Sana minggat sana! Cari makan di seberang lautan sana! (hal.16)
“Ooo anumu bedhah! Bajingan! Tampangmu seperti anumu begitu, berani-beraninya main fitnah!” (Hal.27).
“Tutup mulutmu, sontoloyo betina!”  (Hal.40)
“Aja angger njeplak kowe ya!” Keminik membentak dengan kasar. (Hal.40)
Di samping itu penggunaan nama-nama tokoh terkesan Jawa banget. Dan bisa diartikan bahwa tokoh-tokoh tersebut dari kalangan bawah, dalam strata ekonomi dan pendidikan.

Kedua (Hal.33)
                Suatu hari terjadi pemeriksaan di tangsi oleh komandan baru, Kapten Sarjubehi yang diikuti oleh Sersan Suradigdaya. Mereka berdua keliling dari bilik ke bilik. Sampai di bilik Raminem, Kapten Sarjubehi menegur Raminem bahwa tidak boleh memasak di bilik, itu berbahaya apabila terjadi kebakaran. Tangsi sudah menyediakan dapur umum, seharusnya Raminem memasak di dapur umum. Raminem mencoba memberi alasan, bahwa pisang yang digoreng tinggal sedikit, namun sang kapten tidak mau tahu. Saat itu juga harus dipindah ke dapur umum, dan suaminya akan di panggil ke markas untuk dimintai keterangannya. Wongsodirjo sempat dongkol juga dengan sikap istrinya. Sebelumnya sudah diberitahu bahwa kalau mau memasak di dapur umum saja. Dasar Raminem sukanya ngeyel, tidak mau nurut.
                Setelah membantu emaknya mengangkuti semua peralatan memasak di dapur umum, Teyi bisa bermain bersama teman-temannya. Dari beberapa temannya yang paling tua adalah Keminik. Keminik sering bercerita tentang kedewasaan dan hal-hal dewasa yang seharusnya belum boleh mereka bicarakan. Tapi dasar masih anak-anak, setelah mendengar Keminik bercerita mereka tertawa renyah.
                Setiap tanggal lima ditangsi ada pemandangan unik. Pagi-pagi sudah banyak orang antre. Biasanya anak-anak dan ibu-ibu. Kegiatan tersebut terkenal dengan sebutan antre sarden. Karena hari itu mereka mendapat kupon untuk mengambil makanan tambahan di gudang. Dan kadang di bulan puasa tiap penghuni tangsi akan mendapat kain cita dua lembar, untuk prajurit dan istrinya.
                Tentang Tesek, tetangga mereka yang suka berjudi, dan kadang menang, yang akhirnya bisa membeli perhiasan, baju, dan mendadak menjadi orang kaya. Bagi Raminem bahwa untuk menjadi orang kaya itu ya harus bekerja, bekerja, dan bekerja. Kalau seperti Tesek itu kaya mendadak, dan akan menjadi miskin juga mendadak. Begitu Raminem memberi penjelasan kepada anaknya, Teyi. Tidak ada orang berjudi bisa menjadi kaya, bahkan Raminem menjelaskan  bahwa ayah Teyi dulu juga pernah suka berjudi, untung bisa meninggalkan pekerjaan yang menyesatkan itu.
               
Ketiga (Hal.52)
                Hari itu Raminem goreng pisang banyak sekali. Tidak seperti hari-hari biasanya. Sempat Teyi protes kepada emaknya. Sebab dengan goreng pisang sebanyak itu, kalau nanti tidak laku, maka Teyi pula yang akan keliling untuk menjajakan. Dan itu merupakan pekerjaan tambahan bagi Teyi, sehingga peluang untuk bermain tidak ada lagi. Kadang Teyi juga mengeluh, dia sudah membanting tulang, bekerja keras, tapi emaknya tidak mempunyai belas kasih kepadanya. Emaknya selalu dan selalu menyuruh Teyi untuk membantu memperoleh uang.
                Seperti dugaan Teyi, siang itu pisang goreng tidak habis. Alhasil Teyi harus keliling tangsi untuk menjual pisang goreng. Sampai sesiang itu pisang goreng Teyi belum habis. Masih tersisa delapan biji. Teyi tidak berani pulang. Takut dimarahi emaknya, dan lagi pasti Teyi tetap disuruh keliling tangsi lagi untuk menjual sisa pisang goreng sampai habis. Karena itu ia malas pulang. Sedangkan Teyi tidak boleh menjual di luar tangsi.
                Teyi sudah jengkel dengan keadaan hari itu. Teyi keluar dari tangsi, berjalan terus dan akhirnya sampai di Medan. Seumur-umur, baru hari itu Teyi di kota besar. Teyi masuk ke sebuah toko dan tertarik untuk membeli pita rambut. Tetapi malang baginya, dia ditangkap polisi belanda dan dibawa ke markas. Segala alasan yang disampaikan Teyi tidak didengarkan. Teyi dituduh hendak mencuri pita rambut yang saat itu dipegangnya. Padahal Teyi ingin membeli. Di kantor polisi, sempat terjadi miskomunikasi, karena polisi tidak bisa berbahasa melayu. Setelah ada penterjemah, dan Teyi menjelaskan alamat rumahnya, maka Teyi diantar komandan polisi naik mobil menuju ke tangsi. Teyi senang dan bangga bukan main. Dia bisa naik mobil, apalagi diantar komandan polisi belanda. Sampai di tangsi orang sudah ramai di markas. Mereka berkumpul di situ, karena mendengar Teyi hilang. Mobil datang, Teyi turun dari mobil diiringi komandan belanda, semua mata memandang. Teyi berjalan dengan penuh kebanggaan. Dan emaknya langsung merangkulnya berurai air mata.

Keempat (Hal.69)
Berlanjut .....!!

1 komentar:

  1. PokerStars Casino Review & Bonus Code - JtmHub
    Check out the review 부산광역 출장샵 of PokerStars Casino, one of the 속초 출장샵 leading online poker sites in 정읍 출장샵 the world, and its bonus 광주광역 출장안마 code 부천 출장마사지 LEGALRF.

    BalasHapus