21 Januari 2020

Di Kaki Bukit Cibalak - Ahmad Tohari



Bagian pertama novel “Di Kaki Bukit Cibalak” menggambarkan  kegiatan pemilihan lurah baru di balai desa Tanggir. Konon lurah Desa Tanggir menandatangani pernyataan mengundurkan diri yang disodorkan oleh Sekda Kabupaten, karena terbukti telah menyelewengkan  terjualnya sapi pejantan milik desa. Sekali lagi Ahmad Tohari menyodorkan pada pembaca suatu kenyataan bahwa di tingkat paling dasar pun sudah terjadi penyelewengan atas jabatan.
                Dua calon lurah, Pak Badi dan Pak Dirgamulya. Walaupun sebenarnya ada tambahan tiga calon lagi. Tapi pada kenyataan di masyarakat tiga calon tadi hanya sebagai pemanis saja, agar terlihat lebih demokratis. Bisa juga ketiga calon yang lain memang dipasang untuk mengambil suara yang tidak setuju dengan kedua calon lurah. Banyak masyarakat desa Tanggir yang menjagokan Pak Badi, karena Pak Badi orang yang baik, dan orang di desa Tanggir belum pernah mendengar keterlibatan Pak Badi dalam hal kecurangan, perjudian atau pelacuran. Dia orang yang bersih. Berbeda dengan Pak Dirga. Beliau lebih populer, karena sering bergaul dengan masyarakat, pandai bermain bola, luwes, tetapi gemar berganti istri.  Seperti bisa ditebak, pada akhirnya yang menjadi lurah adalah Pak Dirgamulya. Seperti biasa, uang membuat segalanya lebih muda.
                Pada bagian pertama ini, juga digambarkan tokoh samping bernama Sanis. Seorang gadis manis, putri dari modin desa Tanggir. Sanis mempunyai tungkai yang lurus, yang jarang dimiliki para gadis di desa Tanggir. Pembawaannya menawan, bila hendak menoleh, Sanis selalu menggulirkan bola matanya lebih dulu ke arah orang yang memanggilnya.
                Ahmad Tohari untuk kesekian kali, menggunakan latar petani gula kelapa yang selalu merasa kalah kalau sudah bicara masalah harga gula kelapa. Mereka tidak mempunyai kekuatan apa pun tentang harga gula kelapa yang sudah ditetapkan oleh pemilik uang atau Tauke. Nrimo ing pandum!
                Bagian kedua novel ini menggambarkan tokoh utama, Pambudi. Dia bekerja mengurus lumbung koperasi Desa Tanggir. Dia adalah contoh pemuda yang taat pada aturan yang benar, dan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat desa. Berbalik dengan tokoh Dirga, kepala desa yang mempunyai watak adigang adigung adiguna. Sosok pemimpin yang tidak bisa dijadikan teladan. Tidak mau tahu kesulitan masyarakat. Hanya mementingkan kepentingan pribadinya.
                Bagian ketiga, dikisahkan Pambudi dengan tekad yang sudah bulat, berhenti menjadi pengurus lumbung koperasi Desa Tanggir, karena sudah tidak sejalan dengan Dirga, kepala desa. Pambudi dengan kemauan sendiri mengajak Mbok Ralem untuk berobat ke Yogyakarta. Berbekal tekad, uang pribadi, dan surat keterangan tidak mampu, Mbok Ralem diantar Pambudi berobat ke Yogyakarta.  Setelah diperiksa, hasil laboratorium menyatakan bahwa Mbok Ralem mengidap kanker, dan harus dioperasi. Melihat kenyataan tersebut, Pambudi sempat bingung, karena uang tabungannya jelas tidak cukup untuk membiaya operasi Mbok Ralem. Pambudi mempunyai inisiatif datang di harian Kalawarta dengan maksud ingin membuat iklan permohonan sumbangan kepada pembaca untuk Mbok Ralem dengan judul “Dompet Mbok Ralem”. Pak Barkah, pimpinan harian Kalawarta,  membantu dengan sepenuh hati, bahkan ketika Pambudi ingin membayar iklan, dia tidak mau menerima.  
                “Dompet Mbok Ralem” yang dimuat di harian Kalwarta mendapat perhatian dari para pembaca. Hari pertama dimuat, sudah banyak pembaca yang mencari informasi kebenaran tentang penggalangan dana untuk Mbok Ralem.  Tidak menunggu lama, para pembaca harian Kalawarta  memberikan sumbangannya, bahkan pihak rumah sakit juga antusias untuk memberikan sumbangan. Mbok Ralem mendapatkan perhatian khusus dari pihak rumah sakit. Di luar perkiraan, besar sumbangan yang terkumpul telah melebihi kebutuhan untuk operasi, sehingga sisa uang diberikan kepada Mbok Ralem.
                Peristiwa tentang Mbok Ralem membuat Dirga dipanggil oleh Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Dia dianggap teledor, karena tidak mengetahui bahwa di daerahnya terdapat warga yang seharusnya perlu ditolong. Mengalami hal tersebut Dirga beranggapan bahwa semua ini adalah akibat perbuatan Pambudi. Dirga bersama Poyo, pegawainya akhirnya mencari cara bagaimana mengkambing hitamkan Pambudi, sekaligus mencari cara mencelakakan Pambudi. Pak Dirga pergi ke rumah Eyang Wirya, seorang paranormal yang jempolan di daerah itu. Eyang Wirya memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Pak Dirga. Dan pada akhirnya Pak Dirga menyanggupinya.
                Sekembali dari Yogyakarta, Pambudi akhirnya bertemu dengan Sanis. Pertemuan yang tidak direncanakan terjadi ketika Sanis pulang dan sepedanya rusak. Pambudi meminjamkan sepedanya kepada Sanis, dan dia sendiri mendatangi bengkel untuk mengambil sepeda Sanis, dan mengantarkannya ke rumah Sanis. Sebenarnya ada kesempatan untuk mengatakan rasa sukanya kepada Sanis, namun Pambudi tidak ada keberanian.  Malam hari, Pambudi mengalami hal yang tidak menyenangkan. Rumahnya disatroni orang yang tidak menyukainya. Tetapi untuk Pambudi mengetahuinya. Sekaligus juga mengetahui orang yang menyuruh, maling berbuat yang tidak baik kepadanya.
                Pada hari Minggu Bu Runtah, istri Pak Dirga akan diuji keterampilannya oleh Bu Camat. Bu Runtah menggunakan Sanis, yang memang sudah cantik sebagai model pada uji keterampilannya. Itu pun atas petunjuk suaminya, yang sebenarnya juga menginginkan Sanis. Bu Camat sangat terkesan dengan uji keterampilan minggu itu. Bu Runtah telah lulus uji kompetensi. Itu pun karena Sanis sebagai model, memang sudah sempurna, sehingga pada uji keterampilan itu Bu Runtah tinggal memoles sedikit saja
                Sejak kejadian  Pambudi akan diperdayahi oleh Dirga, maka ayah Pambudi menyarankan agar Pambudi untuk sementara waktu meninggalkan desanya. Itu demi keselamatan dan kebaikan Pambudi. Sebab Pambudi juga didakwa dan difitnah oleh Dirga, bahwa dia telah menggunakan uang koperasi untuk kepentingan pribadi. Wejangan ayahnya, wani ngalah, luhur wekasane. Bahwa kalah bukan berarti hancur, tetapi ngalah untuk mencapai kaluhuran pada akhirnya. Pambudi akhirnya pergi ke Yogyakarta. Walaupun dia sendiri tidak tahu harus bagaimana ke yogya. Pambudi di yogya ikut teman SMAnya Topo.
                Di Yogyakarta atas saran Topo, Pambudi mendaftarkan diri kuliah. Paruh waktu dia bekerja di orang Cina yang mempunyai anak perempuan Mulyani. Karena kepandaiannya, Pambudi sering membantu Mulyani untuk menyelesaikan TTS (Teka Teki Silang) yang menjadi kegemaran Mulyani. Mulyani sangat senang, bahkan dia menaruh hati kepada Pambudi. Walaupun Pambudi sendiri menganggap Mulyani sebagai adik. Di tempat lain Sanis masing membayangkan menjadi kekasih Bambang Sumbodo, anak dari Camat di desanya. Kesan itu muncul sejak Sanis dijadikan model Bu Runtah, dan beberapa kali difoto oleh Bambang Sumbodo.
                Pambudi resign dari pekerjaannya di toko ibunya Mulyani. Dia bekerja di harain Kalawarta. Pak Barkah sebagai pimpinan Kalawarta sangat senang, karena dibantu oleh Pambudi. Sejak Pambudi bekerja di Kalawarta, oplak harian tersebut semakin meningkat. Berita tentang kesuksesan Pambudi sampai didesanya, bahkan Bambang Sumbodo ingin menemui Pambudi sebagai bentuk dukungannya kepada pemuda itu. Hanya sayang dia tidak mengetahui alamat Pambudi di Yogyakarta. Informasi alamat Pambudi, dia dapatkan dari Sanis, yang masih menyimpan surat-surat dari Pambudi. Walaupun sebenarnya Sanis sendiri lebih memilih Bambang Sumbodo.
                Seperti adat yang turun temurun, bahwa kepala desa biasanya beristri lebih dari satu. Pak Dirga akhirnya menjadikan Sanis sebagai istrinya. Ayah Sanis yang mengetahui dirinya hanya sebagai rakyat biasa tidak kuasa menolak lamaran Dirga. Walaupun ibu Sanis sudah mengingatkan bahwa Pambudi juga menyukai Sanis. Melihat kenyataan itu, akhirnya Bu Runtah istri Dirga mengambil jalan pintas pergi ke seorang dukun dan meminta agar perkawinan suaminya dengan Sanis bisa dibatalkan.
                Pambudi di harian Kalwarta semakin eksis. Tulisan-tulisannya semakin sering muncul di harian itu. Tulisannya sering memberitakan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat, termasuk di daerahnya. Melihat hal tersebut Camat Kalijambe melapor ke Bupati. Bupati sendiri pun tidak mau ikut terseret arus yang dibuat oleh Pak Dirga. Maka disusunlah niat jahat untuk melengserkan Pak Dirga. Pak Dirga hobi berjudi. Suatu hari disusunlah sebuah rencana menjebak Pak Dirga yang sedang bermain judi. Sampai akhirnya Pak Dira ditangkap polisi dan dilengserkan dari jabatannya.
                Pada cerita lain, Pambudi masih terus giat menjadi mahasiswa. Tidak disangka Mulyani pun akhirnya kuliah di tempat Pambudi. Setiap saat mereka berjumpa. Dan pada akhirnya Mulyani menyampaikan rasa sukanya kepada Pambudi, karena selama ini Pambudi tidak pernah memberikan tanda rasa suka kepada Mulyani. Mulyani sempat frustasi. Pambudi, walaupun mempunyai rasa suka kepada Mulyani tidak berani mengungkapkan, karena saat itu dia tahu, bahwa dia hanya sebagai karyawan di rumahnya Mulyani.
               
               

                                                                                                                     Surabaya, 5 Oktober 2019
                                                                                                                     EdieS.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar