02 Juli 2011

Separuh Jiwa

Jelang petang kutidurkan jiwa
istirahat dari tepian yang nanar
Menjauh dari keinginan yang mustahil
Melautkan gundah pada biru tua

Jelang petang, biduk tak berlabuh
Layar terbuka, kumal, tak berbentuk
Kunang bersembunyi di balik cahayanya
Camar sudah parau suaranya

Jelang petang, khusuk tawadhuk
Membalut gelap dengan desahan angin
Menerima rasa dengan separuh nafas
Sampai kini masih di angan.

Berbalik, Kulalui Lagi

Merajuk menapaki satu jalan panjang
Membingkai dengan keinginan nyata
Satu tujuan, tapi jelas
Merindukan senyum merah, riang
Memendar bak merkuri di gelap
Kakiku adalah alat
Otakku adalah hasrat

Aku terharu di ujung senja
Mencoba mencari tahu
Lika-liku memahami fatamorgana
Tiap detak detik membuatku semakin tak mengerti
Apakah menyerah?
Tidak!
Bagiku, lembayung adalah taruhan jiwa
Menelisik pekat bersembunyi
Menyisir waktu berteman kumbang
Melakonkan kisah orang lain.

Keinginan untuk rindu sudah pasti
Kerinduan tak berujung
Bila terus kukejar
Aku tak akan pernah menemukan diriku.

Sebenarnya

Sebenarnya
Aku rindu
Sebenarnya
Rindu ini hanya untukmu
Sebenarnya
kau rindu aku atau tidak?

Gerakan Ngobrol Kembali

Ramai
Ramai lagi
Ngomong
Ngomong lagi
Teriak
Teriak lagi
Ngobrol
Ngobrol lagi
Ayo! kita ngobrol lagi
Ngobrol dengan topik ngalor ngidul
Biar Indonesia ini ceria
Biar Indonesia ini gembira
Biar Indonesia ini terkenal
Ayo! kawan-kawan
Galakkan ngobrol di lingkunganmu
Ayo! kawan-kawan
Ajak sanak saudara dan handaitolan
Untuk asyik ngobrol
Sayang!
Ngobrolmu tak bermakna

Sejenak di XII.IPA-2

Drama Satu Babak tentang Kegoblokan Manusia

Sore itu aku mengantarkan Windul belajar musik. Sampai di jalan Ngagel, setelah jembatan sudah ada tanda tulat-tulit, bahwa perlintasan kereta api akan segera ditutup. Kuhentikan motorku tepat di depan papan perlintasan, sedang di depanku ada sepasang anak muda yang kebablasan, sehingga berada di seberang papan perlintasan tepat di depan rel. Dia dengan sabar dan sadar menunggu kereta lewat. Beberapa detik keadaan sunyi, semua pengendara asyik dengan pikirannya sendiri-sendiri. Kulihat penjaga perlintasan juga sedang santai mengepel teras rumah jaga. Tiba-tiba dari arah Timur, ada seorang bapak membonceng anak dan istrinya menyeberang rel. Semua pengendara lain terkesima, sedang dari arah Utara lampu kereta sudah tampak, terompet kereta api sudah terdengar meraung-raung. Bapak, anak dan istrinya jatuh tepat di rel. Penjaga perlintasan cepat-cepat menolong, dibantu seorang pemuda. beberapa detik kemudian kereta api melintas. Alhamdulillah si Bapak, anak dan istrinya selamat.
Itulah manusia
Itulah kita
Makhluk pintar tapi goblok

Aku Terdiam

Aku terdiam. dalam diam kutemukan kesunyian. Dalam sunyi bayangmu hadir dengan seulas senyum. Dalam senyummu terpatri luka yang dalam. Luka yang pernah menyelubungi jiwa. Jiwa yang sadar akan kedudukan diri. Diri yang tak pernah memaksa. Tak pernah memaksakan kehendak. Kehendakmu kau kekang dengan seulas keyakinan. Keyakinan yang lahir dari diri yang suci tanpa keinginan. Keinginanmu adalah membahagiakanku.
Catatan usang

01 Juli 2011

Ribut Istilah Ibu dan Ayah

kalau ibu, umi
Kalau ayah, abah
Kalau ibu, mama
Kalau ayah, papa
Kalau ibu, mami
Kalau ayah, papi
kalau ibu, nyokap
Kalau ayah, bokap
kalau ibu, memes
Kalau ayah, pepes
kalau ibu, bunda
Kalau ayah, panda
Beres khan!

Cerita Paling Pendek

Aku bangun pagi. Berhubung masih mengantuk, aku tidur lagi.

Kutipu Kau

Hari Senin
Aku berhasil menipu kau
Hari Selasa
Aku juga berhasil menipu kau
Hari Rabu
Sekali lagi aku menipu kau
Hari Kamis
Aku menipu kau lagi
Hari Jumat
Aku bertobat ketika Sholat Jumat di masjid
Hari Sabtu
Aku ulangi lagi menipu kau
Hari Minggu
Aku tertipu
Hari tanpa nama
Aku tak bisa menipu diriku sendiri

Nurani Berkata

Ketika nurani mulai terpejam
Pepat, buta
Segala yang buruk rupa
Menjadi sebuah kebenaran
Sedang yang terang benderang
Berubah menjadi sebuah kesalahan fatal

Tertunduk, merenung, memahami wacana di depan mata
adalah hal bijaksana

Tak Sampai

Mengayuh angan menerjang angin
Melambaikan keinginan tuk menggapai impian
Melumerkan janji yang sudah terlanjur terajut dalam hati
Memamerkan sesuatu yang tak mungkin menjadi satu

Bila keinginan hanya jadi sebuah keinginan
Mengerak lekat pekat berbekas
Mengerling dengan dua mata
Terwujud pun tidak

Andai angin bisa bergerak leluasa
Menyampaikan kebisuan
Akan aku gadaikan seribu bayang-bayang
Agar leluasa memejamkan mata