27 November 2007

Duniapun Tersenyum

Entah! Kehidupan mana yang harus kujalani
Dunia seakan gelap, sunyi, bertabur gerimis pagi
Ingin aku berteriak. Edan!! Dunia ini memang edan!
Erangan dan rintihan yang menyeruak diantara gemerlap lampu kota. Terabaikan
Sementara yang lain, tidur nyenyak dalam pelukan malam
Usapan angin lembut menenggelamkan sanubari
Saat mentari menyapa
Aku bangkit dari imajiku
Nuansa kasih kucoba lukiskan pada waktuku
Tanpa ada perasaan pilih kasih diantara mereka
Orang-orang tersenyum. Akupun tersenyum. Duniapun tersenyum

11 November 2007

Aku Ada di Sana

Berjalanlah dengan langkah tegap. Selusuri kehidupan ini dengan niat dan keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Kemarin adalah masa kelam, penuh dengan coretan-coretan yang berbekas. Tak baik bagi kita untuk mengenang. Tak ada guna bagi kita untuk selalu hadir dalam mimpi malam. Waktu yang telah kita jalani, biarkan berlalu. Seiring dengan derai hujan tadi malam. Biarkan dingin bercengkerama dengan angin. Biarkan sedih tertinggal dalam dentingan waktu.

Kini adalah waktu yang kesekian. Yang akan kita tapaki dengan coretan-coretan puisi. Yang akan kita lukisi dengan prosa-prosa kehidupan. Alunkan nada-nada indah di balik suaramu yang merdu. Senandungkan lagu dolanan anak yang tidak pernah meninggalkan keceriaannya. Di dalamnya tersembunyi nuansa kejujuran. Di dalamnya ada keinginan untuk meraih cita yang telah terpatri di relung hati yang paling dalam.

Raihlah. Apa yang ingin kau raih
Temukan semua keinginanmu. Bawa dalam dekapmu.

10 November 2007

Dukaku

Mengapa harus ada duka,
bila menimbulkan luka
Mengapa harus ada duka,
bila menimbulkan api membara
Mengapa harus ada duka,
bila menimbulkan hati kian merana
Mengapa harus ada duka,
bila harus meninggalkan mereka
Mengapa harus ada duka,
bila kehidupan seperti di neraka


Duka adalah serpihan luka yang menyelimuti diri, di dalamnya rasa sakit mengigit-gigit pelan dengan erangan yang membias di wajah.
Duka adalah rasa penyesalan, mengapa harus terjadi, mengapa harus diterima, mengapa harus merajam diri.
Duka adalah melihat jadi diri dengan arif. Sejenak berhenti bernafas untuk melihat, memutar kembali kejadian-kejadian yang telah lalu. Berusaha memahami, berusaha untuk menerima dengan ikhlas. Berusaha untuk tawakal. Bahwa memang duka pantas untuk kita terima.

Terima kasih.
Dukaku telah membawaku mengarungi selasar bianglala. Mengintip dari celah kecil sanubari yang telah sekian lama mengembara.

03 November 2007

Wanitaku

Wanitaku,
Berbaur dengan lagu kehidupan, kau mendampingiku
Senyum, mata, hati-mu merobek dinding terjal batinku
Memberikan nuansa kebahagiaan, keindahan yang menyelimuti tiap langkahku.
Kau torehkan puisi-puisi indah. Kau pahatkan kalimat-kalimat sejuk yang merayu mendayu lagu batinku.

Wanitaku,
Hari, minggu, bulan, dan tahun kuterjang, kulibas tanpa lelah hanya untuk dirimu
Waktuku adalah milikmu
Tenagaku adalah milikmu
Keringatku adalah milikmu
Air mataku adalah milikmu

Wanitaku,
Cakrawala batinku terkoyak, sobek tak tentu arah
Rimba jalan membuatku semakin pening.
Aromamu melemparkanku jauh menabrak dinding pembatas kesadaranku.
Suaramu, alunan kematian bagi cita-cita tulusku

Wanitaku,
Kepercayaanku luluh lantak terlumat kegetiran yang memahat dinding batinku, yang sarat dengan rasa curiga.
Hari ini sudah berbeda dengan kemarin. Entah hari esok ....
Puing-puing kehancuran sedikit demi sedikit mengikis ujung batinku.
Mahkota keabadian yang kutanam erat dalam jantung kehidupan mulai sedikit demi sedikit tak berdetak lagi.

Wanitaku,
Aku ikini mulai limbung.
Mataku berkunang-kunang tak bertepi.
Bayang di depanku kusam, putih. Ya hanya putih.
Tak tampak lukisan wajahmu. Canda, tawa, senyum, manja, pelukanmu tak berbekas.
Lambat namun pasti gelombang hitam pekat mulai merayap membentuk gumpalan-gumpalan tak yakin melumat memporak porandakan seluruh tebing terjal batinku.

Wanitaku
Kepercayaan adalah bingkai dalam kehidupan. Andai kau tahu sangat mahal dan sulit untuk menciptakan kembali.
Di dalamnya terhias rasa sayang, cinta, penuh harap diselimuti kabut tipis yang menggebu, memacu, meluncur, memeluk, mewakili kehidupan di dunia.

Wanitaku
Aku tak pernah menyesal berbagi kehidupan denganmu.
Dua kurcaci mungil adalah belahan jiwaku yang paling dalam.
Memberikan lukisan indah di setiap waktuku.
Canda, tawa, riang, kelucuan, celoteh mereka sejenak menyeretku tuk berpaling darimu.
Melupakan beban penat batinku
Melupakan akar-akar nakal yang mulai membelitku
Melupakan debu-debu kotor yang menampar mukaku.
Melupakan sesak dada yang membelengguku

Wanitaku,
Kau tetap wanitaku
Entah sampai kapan waktu berpihak padaku.

02-11-2007 16:15