24 Juni 2007

SEMUSIM


Di perjalanan ini ada sesuatu yang sempat tertinggal, tetapi ada juga yang lenyap tak berbekas. Menata sesuatu yang terserak seakan satu pekerjaan sulit yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra. Alangkah senangnya apabila yang terserak segera terkumpul dan menjadi satu lagi. Menjadi sesuatu seperti sedia kala. Sesuatu yang mustahil.
Andai malam yang telah larut bisa kembali seperti sedia kala, melagukan sesuatu yang telah lenyap oleh desiran angin. Andai bulan tampak seperti bulan penuh seperti yang kulihat sebulan lalu. Andai tapak kakiku saat ini seperti yang tampak sebulan lalu. Sesuatu yang tidak mungkin.
Perjalanan hidup seiring dengan perjalanan waktu, dan seiring dengan perjalanan perubahan hati dalam diri manusia. Tak ada sesuatu yang kekal, semuanya berjalan dinamis seiring dengan perubahan yang ada.

SEMUSIM ……
Kulangkahkan kakiku menelusuri jalan berbingkai batu kali, ada seonggok rumput kering tersibak bergerai ditiup angin pagi itu. Jalan berbatu kapur yang kering, tampak basah disana sini karena hujan semalam. Langkah kakiku semakin gontai seiring lagu hatiku yang tersayat waktu yang tak mau menunggu. Kesunyian pagi itu adalah alunan tembang tangis yang tak pernah keluar air mata. Mentari yang siap tersenyum tak mampu mengubah sudut bibirku, tak mampu mengubah sorot mataku, tak mampu mengalihkan degup jatungku, tak mampu menghiburku … .

SEMUSIM ……..
Waktu hanya sesaat. Ada waktu bermula ada waktu berakhir. Ada waktu menatap ada waktu menunduk. Ada waktu bertanya ada waktu menjawab. Ada waktu tertawa dan ada waktu menangis. Ketika awal ada senyum binar-binar semangat dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan bisikan-bisikan yang seharusnya tidak perlu kita dengar. Kalau aku tidak menyadari ingin rasanya yang awal terulang kembali. Kalau aku menjadi manusia egois ingin rasanya mengulang degup jantung yang berdetak keras, ketika menatap mata sayu dihadapanku. Tapi aku harus sadar, awal akhir, menatap menunduk, bertanya menjawab, tertawa menangis, memang harus terjadi, dan aku sebagai manusia yang memang diciptakan untuk menerima, maka harus menerima.

SEMUSIM ……..
Kulanjutkan langkahku. Hingga ujung jalan itu. Matahari kian riang memamerkan hangat di punggungku. Ada sedikit tempat yang longgar dalam batinku, setelah menyadari sesuatu yang memang harus disadari dan diterima.

SEMUSIM ………
Kudendangkan cerita lama
Menuntunku tuk menghayal
Melangkah mencari diri
berkubang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar