25 Agustus 2008

RELIGIUS






Hari Senin, 25 Agustus 20 seperti biasa aku mengantarkan wanitaku untuk belajar menari di sanggar Bagong Kussudihardjo. Ada perasaan bangga melihat wanitaku menari begitu gemulai. Hari ini adalah pelajaran menari hari pertama setelah dia menyelesaikan ujian tari dua minggu yang lalu. Sudah tiga tingkat dengan enam tarian yang sudah dia kuasahi. Tari Lir-ilir, tari Jaranan, tari Burung, tari Kumbang, tari Liman Alit, dan tari .............. Sedangkan hari ini diajarkan tari Gembira yang begitu rancak. Dimulai dengan lambaian kedua tangan yang membentang seperti burung, dilanjutkan dengan hentakan tangan ke kiri dan ke kanan, dan diakhiri dengan loncatan tiga ke kanan dan tiga ke kiri. Sampai tahap ini, wanitaku ternyata berbeda dengan keempat temannya yang lain, lebih bisa menguasahi. Moga ini adalah anugrah talenta yang diberikan penguasa jagat yang Maha Pemurah.

Selesai menari, sejenak aku dan wanitaku mampir melihat pameran lukisan yang digelar di ruang Sawunggaling. Pameran Seni Rupa Akbar 2008, yang terangkai dalam tiga gelaran. Pameran seni lukis ’Kesenangan’ tanggal 28 Maret s.d. 5 April 2008, dilanjutkan dengan Pameran seni grafis dan video tanggal 25 Juni s.d. 4 Juli 2008, dan diakhiri dengan pameran seni lukis religius tanggal 22 Agustus s.d. 10 September 2008. Waktu yang cukup panjang untuk menikmati gelaran kanvas dengan coretan-coretan penuh makna.

Seni Lukis ReligiusAnak-anak kecil itu bermain diantara terangnya rembulan mereka bagai melihat sesuatu dalam nafas kehidupan alam semesta, gambaran itu mungkin bisa dilihat dalam karya-karya almarhum pelukis Amang Rahman. Sesuatu yang diburu anak-anak menandakan alam semesta memiliki kebesaran. Ada spirit religius yang dihadirkan pelukisnya. Warna-warna yang dihasilkan mampu memberikan tafsiran tersendiri bagi yang melihatnya, begitupula dengan objek-objek yang hadir membangun suasana tanpa penuh dengan keheningan.

Fenomena perkembangan seni rupa yang berorientasi pada sesuatu yang memberikan sentuhan religius semakin lama-lama tertinggalkan. Kini para perupa muda lebih senang menggeluti seni rupa yang berbau kontemporer (kekinian), sesuatu yang bersifat sejaman dengan apa yang sedang terjadi dalam wilayah keberadaannya. Kesadaran untuk menengok kembali wilayah mereka yang berada dalam wilayah ketimuran yang penuh dengan nilai-nilai religius semakin dijauhi. Ini pertanda ingatan kita akan manusia timur semakin berkurang dan berganti dengan ingatan kebarat-baratan.

Dalam ranah seni rupa religius ketimuran kita akan bisa berbicara dalam corong kebudayaan karena di dalamnya terkandung makna-makna bisa memberikan suatu kedamaian tersendiri, contohnya lukisan kaca dengan figure semar yang badannya dibentuk dari kaligrafi arab, lukisan kaca denganseekor hewan terbang menuju langit. Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam semesta digambarkan dengan suasana religius dan penuh dengan seni rupa kelokalan.

Dalam pameran seni lukis religius ini kita akan bisa merefleksikan keberadaan budaya kita yang dihasilkan dari tangan-tangan kreatif setiap pelukisnya. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar