03 November 2007

Wanitaku

Wanitaku,
Berbaur dengan lagu kehidupan, kau mendampingiku
Senyum, mata, hati-mu merobek dinding terjal batinku
Memberikan nuansa kebahagiaan, keindahan yang menyelimuti tiap langkahku.
Kau torehkan puisi-puisi indah. Kau pahatkan kalimat-kalimat sejuk yang merayu mendayu lagu batinku.

Wanitaku,
Hari, minggu, bulan, dan tahun kuterjang, kulibas tanpa lelah hanya untuk dirimu
Waktuku adalah milikmu
Tenagaku adalah milikmu
Keringatku adalah milikmu
Air mataku adalah milikmu

Wanitaku,
Cakrawala batinku terkoyak, sobek tak tentu arah
Rimba jalan membuatku semakin pening.
Aromamu melemparkanku jauh menabrak dinding pembatas kesadaranku.
Suaramu, alunan kematian bagi cita-cita tulusku

Wanitaku,
Kepercayaanku luluh lantak terlumat kegetiran yang memahat dinding batinku, yang sarat dengan rasa curiga.
Hari ini sudah berbeda dengan kemarin. Entah hari esok ....
Puing-puing kehancuran sedikit demi sedikit mengikis ujung batinku.
Mahkota keabadian yang kutanam erat dalam jantung kehidupan mulai sedikit demi sedikit tak berdetak lagi.

Wanitaku,
Aku ikini mulai limbung.
Mataku berkunang-kunang tak bertepi.
Bayang di depanku kusam, putih. Ya hanya putih.
Tak tampak lukisan wajahmu. Canda, tawa, senyum, manja, pelukanmu tak berbekas.
Lambat namun pasti gelombang hitam pekat mulai merayap membentuk gumpalan-gumpalan tak yakin melumat memporak porandakan seluruh tebing terjal batinku.

Wanitaku
Kepercayaan adalah bingkai dalam kehidupan. Andai kau tahu sangat mahal dan sulit untuk menciptakan kembali.
Di dalamnya terhias rasa sayang, cinta, penuh harap diselimuti kabut tipis yang menggebu, memacu, meluncur, memeluk, mewakili kehidupan di dunia.

Wanitaku
Aku tak pernah menyesal berbagi kehidupan denganmu.
Dua kurcaci mungil adalah belahan jiwaku yang paling dalam.
Memberikan lukisan indah di setiap waktuku.
Canda, tawa, riang, kelucuan, celoteh mereka sejenak menyeretku tuk berpaling darimu.
Melupakan beban penat batinku
Melupakan akar-akar nakal yang mulai membelitku
Melupakan debu-debu kotor yang menampar mukaku.
Melupakan sesak dada yang membelengguku

Wanitaku,
Kau tetap wanitaku
Entah sampai kapan waktu berpihak padaku.

02-11-2007 16:15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar