Gadis Tangsi - Suparto Brata
Pertama (Hal.1)
Teyi
adalah gadis kecil, sebagai tokoh sentral dalam novel “Gadis Tangsi”. Ayah Teyi
adalah seorang serdadu yang bekerja di tangsi Belanda. Wongsodirjo, adalah nama
ayahnya. Ketika kecil bernama Suratman.
Pangkat ayahnya adalah sersan kepala. Ibunya bernama Raminem. Sosok seorang ibu, pekerja keras,
ulet, dan selalu mengajari Teyi untuk bekerja keras. Raminem sosok wanita yang
tidak mau diremehkan orang lain. Cita-citanya ingin menjadi orang kaya, agar
tidak selalu dicaci maki karena kemelaratannya. Selain itu Raminem adalah
wanita yang tegas dan dalam bekerja tepat waktu. Adik Teyi adalah Tumpi.
Pada
bagian pertama ini dikisahkan kehidupan sehari-hari keluarga Teyi di tangsi
Belanda. Setiap hari Raminem membuat pisang goreng. Sedangkan Teyi kecil yang menjajakan
pisang goreng tersebut keliling Tangsi. Tidak seperti anak sebayanya, Teyi oleh
ibunya diberi tanggung jawab mulai dari menemani membeli pisang, membuat pisang
goreng, menjajakan, serta menagih orang yang berhutang pada ibunya. Di samping
sebagai pedagang pisang goreng, Ibu Teyi juga menerima barang gadai dan
meminjamkan uang dengan bunga.
Raminem
beranggapan bahwa untuk meraih kesuksesan dan disegani orang harus melalui tiga
tahap dengan urutan yang benar, yaitu setiap orang harus mempunyai kepandaian.
Dari kepandaian tersebut, maka dengan mudah akan meraih kekayaan, yang pada
akhirnya kekuasaan dapat datang dengan sendirinya.
Setelah
selesai melaksanakan tugas dari ibunya Teyi akhirnya bisa bersama dengan
teman-temannya bermain. Jemini, Keminik, Ceplik dan Suwarti sudah berkumpul di
bawah pohon mangga besar. Di situ juga ada beberapa anak laki-laki, Sumbing,
Kamdi, dan Gepeng. Ternyata mereka tidak bermain bersama. Terjadi pertengkaran
antara Keminik dan Sumbing. Mereka bergumul, sebelum Keminik kalah, Sumbing
sempat digigit kupingnya oleh Teyik.
Berikutnya terjadi perkelahian antara Teyi dan Kamdi, karena Teyi
diolok-olok akan dijodohkan dengan Kang Darmin. Hal itu sangat menjijikkan bagi
Teyi. Teyi sempat dipiting oleh Kamdi dan tidak bisa bergerak. Ketika ada
kesempatan, tangan Teyi meremas kemaluan Kamdi yang mengakibatkan tangan Kamdi
kendor, dan Teyi pun terlepas. Semua anak tertawa, termasuk Teyi juga, melihat
Kamdi berjingkrak-jingkrak sambil memegang kemaluannya.
Suparto
Brata yang asli orang Surabaya, dalam Gadis Tangsi sesekali menyelipkan bahasa
Suroboyoan yang kasar, yang memang tidak bisa terlepas dari jati dirinya.
Untuk
menjejali perutmu, biar kenyang! (Hal.7)
Sudarmin
dinilai Teyi sangat goblok (Hal.8)
“Bajingan!”
Hanya itu umpatnya. Sudarmin memang laki-laki yang menyebalkan. (Hal.9)
“Sana minggat
sana! Cari makan di seberang lautan sana! (hal.16)
“Ooo anumu
bedhah! Bajingan! Tampangmu seperti anumu begitu, berani-beraninya main fitnah!”
(Hal.27).
“Tutup
mulutmu, sontoloyo betina!” (Hal.40)
“Aja angger
njeplak kowe ya!” Keminik membentak dengan kasar. (Hal.40)
Di samping itu penggunaan nama-nama tokoh terkesan
Jawa banget. Dan bisa diartikan bahwa tokoh-tokoh tersebut dari kalangan bawah,
dalam strata ekonomi dan pendidikan.
Kedua (Hal.33)
Suatu
hari terjadi pemeriksaan di tangsi oleh komandan baru, Kapten Sarjubehi yang
diikuti oleh Sersan Suradigdaya. Mereka berdua keliling dari bilik ke bilik.
Sampai di bilik Raminem, Kapten Sarjubehi menegur Raminem bahwa tidak boleh
memasak di bilik, itu berbahaya apabila terjadi kebakaran. Tangsi sudah
menyediakan dapur umum, seharusnya Raminem memasak di dapur umum. Raminem
mencoba memberi alasan, bahwa pisang yang digoreng tinggal sedikit, namun sang
kapten tidak mau tahu. Saat itu juga harus dipindah ke dapur umum, dan suaminya
akan di panggil ke markas untuk dimintai keterangannya. Wongsodirjo sempat
dongkol juga dengan sikap istrinya. Sebelumnya sudah diberitahu bahwa kalau mau
memasak di dapur umum saja. Dasar Raminem sukanya ngeyel, tidak mau nurut.
Setelah
membantu emaknya mengangkuti semua peralatan memasak di dapur umum, Teyi bisa
bermain bersama teman-temannya. Dari beberapa temannya yang paling tua adalah
Keminik. Keminik sering bercerita tentang kedewasaan dan hal-hal dewasa yang
seharusnya belum boleh mereka bicarakan. Tapi dasar masih anak-anak, setelah
mendengar Keminik bercerita mereka tertawa renyah.
Setiap
tanggal lima ditangsi ada pemandangan unik. Pagi-pagi sudah banyak orang antre.
Biasanya anak-anak dan ibu-ibu. Kegiatan tersebut terkenal dengan sebutan antre
sarden. Karena hari itu mereka mendapat kupon untuk mengambil makanan tambahan
di gudang. Dan kadang di bulan puasa tiap penghuni tangsi akan mendapat kain
cita dua lembar, untuk prajurit dan istrinya.
Tentang
Tesek, tetangga mereka yang suka berjudi, dan kadang menang, yang akhirnya bisa
membeli perhiasan, baju, dan mendadak menjadi orang kaya. Bagi Raminem bahwa
untuk menjadi orang kaya itu ya harus bekerja, bekerja, dan bekerja. Kalau
seperti Tesek itu kaya mendadak, dan akan menjadi miskin juga mendadak. Begitu
Raminem memberi penjelasan kepada anaknya, Teyi. Tidak ada orang berjudi bisa
menjadi kaya, bahkan Raminem menjelaskan bahwa ayah Teyi dulu juga pernah suka berjudi,
untung bisa meninggalkan pekerjaan yang menyesatkan itu.
Ketiga (Hal.52)
Hari
itu Raminem goreng pisang banyak sekali. Tidak seperti hari-hari biasanya.
Sempat Teyi protes kepada emaknya. Sebab dengan goreng pisang sebanyak itu,
kalau nanti tidak laku, maka Teyi pula yang akan keliling untuk menjajakan. Dan
itu merupakan pekerjaan tambahan bagi Teyi, sehingga peluang untuk bermain
tidak ada lagi. Kadang Teyi juga mengeluh, dia sudah membanting tulang, bekerja
keras, tapi emaknya tidak mempunyai belas kasih kepadanya. Emaknya selalu dan
selalu menyuruh Teyi untuk membantu memperoleh uang.
Seperti
dugaan Teyi, siang itu pisang goreng tidak habis. Alhasil Teyi harus keliling
tangsi untuk menjual pisang goreng. Sampai sesiang itu pisang goreng Teyi belum
habis. Masih tersisa delapan biji. Teyi tidak berani pulang. Takut dimarahi emaknya,
dan lagi pasti Teyi tetap disuruh keliling tangsi lagi untuk menjual sisa
pisang goreng sampai habis. Karena itu ia malas pulang. Sedangkan Teyi tidak
boleh menjual di luar tangsi.
Teyi
sudah jengkel dengan keadaan hari itu. Teyi keluar dari tangsi, berjalan terus
dan akhirnya sampai di Medan. Seumur-umur, baru hari itu Teyi di kota besar.
Teyi masuk ke sebuah toko dan tertarik untuk membeli pita rambut. Tetapi malang
baginya, dia ditangkap polisi belanda dan dibawa ke markas. Segala alasan yang
disampaikan Teyi tidak didengarkan. Teyi dituduh hendak mencuri pita rambut
yang saat itu dipegangnya. Padahal Teyi ingin membeli. Di kantor polisi, sempat
terjadi miskomunikasi, karena polisi tidak bisa berbahasa melayu. Setelah ada
penterjemah, dan Teyi menjelaskan alamat rumahnya, maka Teyi diantar komandan
polisi naik mobil menuju ke tangsi. Teyi senang dan bangga bukan main. Dia bisa
naik mobil, apalagi diantar komandan polisi belanda. Sampai di tangsi orang
sudah ramai di markas. Mereka berkumpul di situ, karena mendengar Teyi hilang.
Mobil datang, Teyi turun dari mobil diiringi komandan belanda, semua mata
memandang. Teyi berjalan dengan penuh kebanggaan. Dan emaknya langsung
merangkulnya berurai air mata.
Keempat (Hal.69)
Berlanjut
.....!!
PokerStars Casino Review & Bonus Code - JtmHub
BalasHapusCheck out the review 부산광역 출장샵 of PokerStars Casino, one of the 속초 출장샵 leading online poker sites in 정읍 출장샵 the world, and its bonus 광주광역 출장안마 code 부천 출장마사지 LEGALRF.