Di Kaki Bukit Cibalak - Ahmad Tohari
Bagian pertama novel “Di Kaki Bukit Cibalak”
menggambarkan kegiatan pemilihan lurah
baru di balai desa Tanggir. Konon lurah Desa Tanggir menandatangani pernyataan mengundurkan
diri yang disodorkan oleh Sekda Kabupaten, karena terbukti telah
menyelewengkan terjualnya sapi pejantan
milik desa. Sekali lagi Ahmad Tohari menyodorkan pada pembaca suatu kenyataan
bahwa di tingkat paling dasar pun sudah terjadi penyelewengan atas jabatan.
Dua calon lurah, Pak Badi dan
Pak Dirgamulya. Walaupun sebenarnya ada tambahan tiga calon lagi. Tapi pada
kenyataan di masyarakat tiga calon tadi hanya sebagai pemanis saja, agar
terlihat lebih demokratis. Bisa juga ketiga calon yang lain memang dipasang
untuk mengambil suara yang tidak setuju dengan kedua calon lurah. Banyak
masyarakat desa Tanggir yang menjagokan Pak Badi, karena Pak Badi orang yang
baik, dan orang di desa Tanggir belum pernah mendengar keterlibatan Pak Badi
dalam hal kecurangan, perjudian atau pelacuran. Dia orang yang bersih. Berbeda
dengan Pak Dirga. Beliau lebih populer, karena sering bergaul dengan
masyarakat, pandai bermain bola, luwes, tetapi gemar berganti istri. Seperti bisa ditebak, pada akhirnya yang
menjadi lurah adalah Pak Dirgamulya. Seperti biasa, uang membuat segalanya
lebih muda.
Pada bagian pertama ini, juga
digambarkan tokoh samping bernama Sanis. Seorang gadis manis, putri dari modin
desa Tanggir. Sanis mempunyai tungkai yang lurus, yang jarang dimiliki para
gadis di desa Tanggir. Pembawaannya menawan, bila hendak menoleh, Sanis selalu
menggulirkan bola matanya lebih dulu ke arah orang yang memanggilnya.
Ahmad Tohari untuk kesekian
kali, menggunakan latar petani gula kelapa yang selalu merasa kalah kalau sudah
bicara masalah harga gula kelapa. Mereka tidak mempunyai kekuatan apa pun
tentang harga gula kelapa yang sudah ditetapkan oleh pemilik uang atau Tauke. Nrimo ing pandum!
Bagian
kedua novel ini menggambarkan tokoh utama, Pambudi. Dia bekerja mengurus
lumbung koperasi Desa Tanggir. Dia adalah contoh pemuda yang taat pada aturan
yang benar, dan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat desa. Berbalik
dengan tokoh Dirga, kepala desa yang mempunyai watak adigang adigung adiguna. Sosok pemimpin yang tidak bisa dijadikan
teladan. Tidak mau tahu kesulitan masyarakat. Hanya mementingkan kepentingan
pribadinya.
Bagian
ketiga, dikisahkan Pambudi dengan tekad yang sudah bulat, berhenti menjadi
pengurus lumbung koperasi Desa Tanggir, karena sudah tidak sejalan dengan
Dirga, kepala desa. Pambudi dengan kemauan sendiri mengajak Mbok Ralem untuk
berobat ke Yogyakarta. Berbekal tekad, uang pribadi, dan surat keterangan tidak
mampu, Mbok Ralem diantar Pambudi berobat ke Yogyakarta. Setelah diperiksa, hasil laboratorium
menyatakan bahwa Mbok Ralem mengidap kanker, dan harus dioperasi. Melihat
kenyataan tersebut, Pambudi sempat bingung, karena uang tabungannya jelas tidak
cukup untuk membiaya operasi Mbok Ralem. Pambudi mempunyai inisiatif datang di
harian Kalawarta dengan maksud ingin
membuat iklan permohonan sumbangan kepada pembaca untuk Mbok Ralem dengan judul
“Dompet Mbok Ralem”. Pak Barkah, pimpinan harian Kalawarta, membantu dengan
sepenuh hati, bahkan ketika Pambudi ingin membayar iklan, dia tidak mau
menerima.
“Dompet
Mbok Ralem” yang dimuat di harian Kalwarta
mendapat perhatian dari para pembaca. Hari pertama dimuat, sudah banyak pembaca
yang mencari informasi kebenaran tentang penggalangan dana untuk Mbok
Ralem. Tidak menunggu lama, para pembaca
harian Kalawarta memberikan sumbangannya, bahkan pihak rumah
sakit juga antusias untuk memberikan sumbangan. Mbok Ralem mendapatkan
perhatian khusus dari pihak rumah sakit. Di luar perkiraan, besar sumbangan
yang terkumpul telah melebihi kebutuhan untuk operasi, sehingga sisa uang
diberikan kepada Mbok Ralem.
Peristiwa
tentang Mbok Ralem membuat Dirga dipanggil oleh Bupati dan Kepala Kantor
Sosial. Dia dianggap teledor, karena tidak mengetahui bahwa di daerahnya
terdapat warga yang seharusnya perlu ditolong. Mengalami hal tersebut Dirga
beranggapan bahwa semua ini adalah akibat perbuatan Pambudi. Dirga bersama
Poyo, pegawainya akhirnya mencari cara bagaimana mengkambing hitamkan Pambudi,
sekaligus mencari cara mencelakakan Pambudi. Pak Dirga pergi ke rumah Eyang
Wirya, seorang paranormal yang jempolan di daerah itu. Eyang Wirya memberikan
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Pak Dirga. Dan pada akhirnya Pak Dirga
menyanggupinya.
Sekembali
dari Yogyakarta, Pambudi akhirnya bertemu dengan Sanis. Pertemuan yang tidak
direncanakan terjadi ketika Sanis pulang dan sepedanya rusak. Pambudi
meminjamkan sepedanya kepada Sanis, dan dia sendiri mendatangi bengkel untuk
mengambil sepeda Sanis, dan mengantarkannya ke rumah Sanis. Sebenarnya ada
kesempatan untuk mengatakan rasa sukanya kepada Sanis, namun Pambudi tidak ada
keberanian. Malam hari, Pambudi
mengalami hal yang tidak menyenangkan. Rumahnya disatroni orang yang tidak menyukainya.
Tetapi untuk Pambudi mengetahuinya. Sekaligus juga mengetahui orang yang
menyuruh, maling berbuat yang tidak baik kepadanya.
Pada
hari Minggu Bu Runtah, istri Pak Dirga akan diuji keterampilannya oleh Bu
Camat. Bu Runtah menggunakan Sanis, yang memang sudah cantik sebagai model pada
uji keterampilannya. Itu pun atas petunjuk suaminya, yang sebenarnya juga
menginginkan Sanis. Bu Camat sangat terkesan dengan uji keterampilan minggu
itu. Bu Runtah telah lulus uji kompetensi. Itu pun karena Sanis sebagai model,
memang sudah sempurna, sehingga pada uji keterampilan itu Bu Runtah tinggal
memoles sedikit saja
Sejak
kejadian Pambudi akan diperdayahi oleh
Dirga, maka ayah Pambudi menyarankan agar Pambudi untuk sementara waktu
meninggalkan desanya. Itu demi keselamatan dan kebaikan Pambudi. Sebab Pambudi
juga didakwa dan difitnah oleh Dirga, bahwa dia telah menggunakan uang koperasi
untuk kepentingan pribadi. Wejangan ayahnya, wani ngalah, luhur wekasane. Bahwa kalah bukan berarti hancur, tetapi
ngalah untuk mencapai kaluhuran pada akhirnya. Pambudi akhirnya pergi ke
Yogyakarta. Walaupun dia sendiri tidak tahu harus bagaimana ke yogya. Pambudi
di yogya ikut teman SMAnya Topo.
Di
Yogyakarta atas saran Topo, Pambudi mendaftarkan diri kuliah. Paruh waktu dia
bekerja di orang Cina yang mempunyai anak perempuan Mulyani. Karena
kepandaiannya, Pambudi sering membantu Mulyani untuk menyelesaikan TTS (Teka
Teki Silang) yang menjadi kegemaran Mulyani. Mulyani sangat senang, bahkan dia
menaruh hati kepada Pambudi. Walaupun Pambudi sendiri menganggap Mulyani
sebagai adik. Di tempat lain Sanis masing membayangkan menjadi kekasih Bambang
Sumbodo, anak dari Camat di desanya. Kesan itu muncul sejak Sanis dijadikan
model Bu Runtah, dan beberapa kali difoto oleh Bambang Sumbodo.
Pambudi
resign dari pekerjaannya di toko ibunya Mulyani. Dia bekerja di harain Kalawarta. Pak Barkah sebagai pimpinan
Kalawarta sangat senang, karena dibantu oleh Pambudi. Sejak Pambudi bekerja di
Kalawarta, oplak harian tersebut semakin meningkat. Berita tentang kesuksesan
Pambudi sampai didesanya, bahkan Bambang Sumbodo ingin menemui Pambudi sebagai
bentuk dukungannya kepada pemuda itu. Hanya sayang dia tidak mengetahui alamat
Pambudi di Yogyakarta. Informasi alamat Pambudi, dia dapatkan dari Sanis, yang
masih menyimpan surat-surat dari Pambudi. Walaupun sebenarnya Sanis sendiri
lebih memilih Bambang Sumbodo.
Seperti
adat yang turun temurun, bahwa kepala desa biasanya beristri lebih dari satu.
Pak Dirga akhirnya menjadikan Sanis sebagai istrinya. Ayah Sanis yang
mengetahui dirinya hanya sebagai rakyat biasa tidak kuasa menolak lamaran
Dirga. Walaupun ibu Sanis sudah mengingatkan bahwa Pambudi juga menyukai Sanis.
Melihat kenyataan itu, akhirnya Bu Runtah istri Dirga mengambil jalan pintas
pergi ke seorang dukun dan meminta agar perkawinan suaminya dengan Sanis bisa
dibatalkan.
Pambudi
di harian Kalwarta semakin eksis.
Tulisan-tulisannya semakin sering muncul di harian itu. Tulisannya sering
memberitakan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di masyarakat, termasuk di
daerahnya. Melihat hal tersebut Camat Kalijambe melapor ke Bupati. Bupati
sendiri pun tidak mau ikut terseret arus yang dibuat oleh Pak Dirga. Maka
disusunlah niat jahat untuk melengserkan Pak Dirga. Pak Dirga hobi berjudi.
Suatu hari disusunlah sebuah rencana menjebak Pak Dirga yang sedang bermain
judi. Sampai akhirnya Pak Dira ditangkap polisi dan dilengserkan dari
jabatannya.
Pada
cerita lain, Pambudi masih terus giat menjadi mahasiswa. Tidak disangka Mulyani
pun akhirnya kuliah di tempat Pambudi. Setiap saat mereka berjumpa. Dan pada
akhirnya Mulyani menyampaikan rasa sukanya kepada Pambudi, karena selama ini
Pambudi tidak pernah memberikan tanda rasa suka kepada Mulyani. Mulyani sempat
frustasi. Pambudi, walaupun mempunyai rasa suka kepada Mulyani tidak berani
mengungkapkan, karena saat itu dia tahu, bahwa dia hanya sebagai karyawan di
rumahnya Mulyani.
Surabaya,
5 Oktober 2019
EdieS.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar