Kotaku
Saat mentari rebah di peraduan
Meninggalkan rona merah jingga
Sedang angin merayuku dengan khidmat
Ada yang merayap di pelupuk mata
Memendar hingga hangat menyengat
Tetes demi tetes luruh tak bertepi
Kepulan asap berbaur debu
Suara-suara tak bernada memekakkan telinga
Mercury baru saja menyiram kekuningan
Suara adzan syahdu terlindung
Aku terpuruk di sini
Di kota kelahiranku
Tak sepasang matapun sempat melirikku
Apalagi rasa iba yang menggunung
Keramahtamahan telah hilang
Rasa kemanusiaan telah luruh
Kasih sayang sudah sangat langka
Bahkan tak akan pernah ada
Duniaku adalah diriku sendiri
Sengsara adalah teman derita
Rasa lapar adalah anugrah yang kutentang
Sedang bahagia hanya sebuah fatamorgana
Kotaku, hidupku
Kotaku, deritaku
Kotaku, nyawaku
Kotaku, matiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar