Menghadapi Ujian Tari
Sudah seminggu ini pipit terkecilku setiap pagi setelah mandi selalu berlatih menari. Semua itu aku persiapkan dalam menghadapi ujian tari yang tinggal seminggu lagi. Apalagi pertengahan Januari 2008 ini Sanggar Tari Bagong Kussudihardjo Cabang Surabaya akan mengikuti Lomba Tari antar Sanggar Tari di Surabaya.
Pada tingkat dua ini, tarian yang akan diujikan yaitu tari burung dan tari domba. Untuk tari burung sudah tidak diragukan lagi, karena tarian ini telah dua kali ditampilkan yaitu pada waktu acara di TVRI Surabaya, dan satu lagi pada waktu lomba di Giant Hypermarket, di jalan A. Yani Surabaya. Tentunya aku adalah orang yang paling senang dan bahagia melihat pipit terkecilku begitu gemulai bila sudah mulai menari. Apabila aku perhatikan di antara teman-teman di sanggar tari, kelihatan sekali perbedaan dalam gerakan tari. Pipitku lebih menjiwai dalam gerak tari yang dia lakukan. Moga aja perkiraanku memang benar.
Kebahagiaan dan ketentraman batin aku dapatkan bila pagi melihat pipitku menari. Ada nuansa sendiri yang hadir. Nuansa rumah yang begitu sejuk di pagi yang dingin, dengan suara gamelan jawa yang mendayu. Mau tak mau setiap latihan hari Senin di Taman Cak Durasim aku juga harus berusaha menghafalkan gerakan-gerakan tari. Terutama tari domba. Semua itu aku lakukan agar ketika berlatih di rumah sedikit banyak aku bisa mengarahkan apabila ada gerakan tari yang kurang sempurna atau ada yang terlupakan. Ya, mencoba jadi guru tari, walaupun kenyataannya aku sendiri tidak bisa menari. Entah bakat dari mana, sehingga pipitku ini bisa menari begitu lembut. Ada kebanggaan tersediri dalam diriku yang tak bisa aku ucapkan. Di kala anak lain sibuk bermain layaknya anak kecil, pipitku ini harus menikmati gending-gending Jawa pengiring tarian yang dia lakonkan. Moga harapan eyank kakungnya untuk mendapatkan nilai yang lebih baik pada ujian kali ini bisa terkabulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar