Pucuk Pinus
Ketika aku harus bergelut dengan dingin
Rasa itu hadir memelukku
Kutelusuri padang pinus yang semakin tandus
Kucoba tebarkan senyum diantara dedaunan yang masih berlepotan dengan embun malam
Kucoba membuka mimpi yang telah usang
Namun mimpi itu enggan hadir
Namun senyum itu telah kering
Yang hadir hanya kata-kata yang bagiku tak bermakna
Yang hadir hanya kata-kata yang melemparkanku jauh ke ujung yang tak bertepi
Aku melangkah lagi
walau tertatih-tatih
hasrat malam yang kian menggebu sudah tak kuhiraukan lagi
dingin masih setia menemaniku
embun masih suka membasuh wajahku
pucuk pinus masih menaungiku
ranting kering yang kuinjak masih memainkan iramanya
sedangkan rembulan
entah pergi kemana
Tiba di tanah datar
kurebahkan tubuh yang kian penat
alas ranting kering, di atasku menjulang pinus nan elok
kucoba pejam mencari suara
namun tak pernah kudengarkan
sunyi, bisu, hening
aku larut dalam tidurku
tanpa membawa kerinduan
sebab kerinduan telah terlumat oleh kata-kata tak bermakna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar